Perkenalkan, nama saya Deddy Sinaga. Tapi teman dan kolega banyak memanggil saya Bang Ded. Dari panggilan itulah nama blog ini muncul.

Seharusnya, sebagai lulusan arkeologi dari Fakultas Sastra Universitas Indonesia (Sekarang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia), saya cari kerja jadi arkeolog di salah satu instansi arkeologi pemerintah.

Tapi dunia tulis menulis dan jurnalistik, lebih menarik bagi saya. Apalagi, peluang kerja di instansi pemerintah saat itu, kecil sekali.

Meski begitu, saya tetap merasa diri sebagai seorang arkeolog dengan caranya sendiri. Menurut saya, saya tetap bisa membaktikan diri pada bidang ilmu ini dengan mempublikasikan berbagai macam penelitian arkeologi yang dilakukan para arkeolog Indonesia melalui media tempat saya bekerja.

Dan lagi pula, prinsip kerja arkeolog dan jurnalis, menurut saya hampir sama. Menggali informasi tentang manusia untuk disampaikan pada manusia.

Sebagai jurnalis, saya mengawali karier sebagai reporter di Tempo Newsroom, yang kemudian seiring kebijakan redaksi, saya dirotasi ke berbagai produk media terbitan Kelompok Tempo Media: Tempo.co, Majalah Mingguan Tempo, dan Koran Tempo. Posisi pun meningkat, dari reporter, masuk jenjang M1, lulus menjadi Staf Redaksi, masuk M2, lulus jadi Redaktur.

Ciri khas Tempo adalah mewajibkan semua jurnalisnya mencicipi berbagai macam desk. Maka jadilah saya melanglang buana di berbagai desk di grup media ini: Nasional Politik, Metropolitan, Olahraga, Koran Minggu, Internasional, serta Teknologi dan Sains.

Skill saya sebagai jurnalis diperbaiki dari hari ke hari berkat mentor-mentor saya di Tempo. Sosok wartawan senior Bang Amarzan Loebis termasuk inspirator saya dalam menulis. Kritik dan pujiannya pada ‘kelas Selasa’ di Majalah Tempo, selalu memicu saya untuk berusaha menulis lebih baik dan lebih baik lagi.

Berkat itu semua, saya jadi suka menulis dan kelak banyak berbagi hal itu kepada orang lain.

Berkat pekerjaan ini juga saya sering melakukan travelling dan lalu menyukainya. Saya pun sangat suka ditugaskan melakukan reportase ke tempat-tempat yang tak biasa.

Karena saya bisa bertemu dengan segala macam manusia, dari biasa sampai yang luar biasa. Dari tukang sayur jalanan sampai tuan-puan menteri. Dari pekerja seks komersial di perempatan jalan, sampai Presiden di Istana Merdeka.

Secara khusus saya pun suka hal-hal mengenai dunia teknologi dan sains. Ini ada hubungannya dengan durasi yang cukup panjang penugasan saya di desk teknologi Majalah Tempo dan Koran Tempo.

Di Koran Tempo, saya dipercaya mengelola sisipan mingguan terbit saban Sabtu, yang bernama iTempo. Ini adalah sisipan yang berisi berbagai update mengenai gaya hidup digital. Kami mengulas perkembangan teknologi digital di seluruh dunia dan Indonesia, serta memotret gaya hidup digital manusianya.

Sejak itulah, saya suka sekali hal-hal berbau teknologi. Bukan karena teknologinya semata, melainkan bagaimana teknologi dan manusia saling pengaruh mempengaruhinya. Tanpa manusia, teknologi cuma alat tiada guna. Tanpa teknologi, kehidupan manusia begitu-begitu saja.

Sains, saya sukai karena menantang saya untuk menulis sesuatu yang rumit menjadi lebih sederhana dan mudah dipahami pembaca awam. Di Koran Tempo ada edisi 100% Indonesia yang khusus mengetengahkan berbagai berita sains lokal. Ini membuat saya banyak berhubungan dengan kalangan peneliti dari berbagai bidang ilmu.

***

Nah, dari Grup Tempo saya melanjutkan karier ke dunia penerbitan yang baru bagi saya: penerbitan online. Saya pun pindah ke kelompok media terbitan Detik.com (Harian Detik) dan akhirnya menclok di portal berita CNNIndonesia.com. Bermula sebagai redaktur pelaksana Politik, Ekonomi, dan Teknologi, sampai akhirnya dipercaya mengelola portal edukasi CNNIndonesia Student (student.cnnindonesia.com).

Penerbitan cetak dan online memiliki cara kerja yang berbeda. Media online sangat berpacu dengan waktu. Tantangannya adalah bagaimana menulis yang baik dalam tempo yang cepat. Belum lagi faktor judul yang harus eye-catchy tapi tak menyalahi kaidah berbahasa. Serta banyak aspek lain yang membedakannya dengan media cetak.

Kemudian saya belajar lagi satu trend penting di dunia online, ketika saya ditugaskan mengelola portal CNN Student. Ini memberikan saya wawasan baru mengenai platform komunitas. Bagaimana mengajak publik ikut menulis, mengkontribusikan artikel tulisan, foto, atau videonya ke media online.

Memang, mengajak kebanyakan orang untuk menulis bukanlah hal mudah. Saya mengetahui itu saat memberikan banyak workshop penulisan di sekolah, kampus, komunitas dan perusahaan-perusahaan. Tapi saya percaya, tak ada yang tak mudah, tak ada yang terlalu sulit untuk diatasi. Semua ada caranya.

Bersamaan dengan itu, bos-bos sempat mempercayakan saya menghandle departemen Marketing-PR. Sebentar saja memang. Terus terang, ini bidang kerja yang sama sekali baru dan menyulitkan. Tapi seperti anak kecil, saya membuka pikiran saya untuk belajar dan belajar dari segala kesulitannya.

Di sini saya belajar bagaimana menghandle event. Bagaimana mempromosikan konten melalui media sosial. Bagaimana merumuskan strategi promosi yang efektif melalui channel-channel distribusi yang ada. Saya bak anak kecil haus ilmu. Saya mereguknya sepuas-puasnya.

Karena itulah, ketika kemudian hasrat nge-blog saya memanas lagi, saya bak blogger yang ‘lahir baru’. Lahir di tengah dunia online yang juga sudah berkembang jauh, dibandingkan beberapa dekade lalu. Dunia di mana konten menjadi penting dan konten-konten penting itu bisa didapatkan dari siapa saja, tak cuma dari media.