Tahun Penuh Tantangan

Beberapa hari lagi kita akan meninggalkan 2020. Sungguh tahun yang berat. Semua kita pasti setuju.

Pandemi bukan hal yang baru dalam sejarah. Tapi ini pandemi yang terjadi saat kita hidup, bukan yang diceritakan dalam cerita sejarah.

Ada yang kehilangan pekerjaan. Ada yang kehilangan bisnis. Ada yang dipotong gajinya sekian persen.

Kenormalan baru adalah ketika rumah menjadi kantor dan ruang-ruang belajar anak-anak. Orang tua sibuk merawat rumah dan menjadi guru dadakan untuk anak-anak yang setengah mati harus beradaptasi dengan kegiatan belajar di rumah.

Belum keluarga-keluarga yang tiba-tiba kehilangan orangtua, kehilangan anak, tanpa sempat mengucap salam perpisahan. Wasiat tak sempat ditulis, nyawa keburu berbaris menuju alam roh tanpa sempat diiringi tangis.

Saya memulai 2020 dengan hati yang masih teriris. Rencana memboyong mama ke Depok berantakan karena pada September 2019 mama berpulang tanpa sempat menitip pesan.

Kematian adalah misteri. Tapi saya bersyukur masih sempat mengucap sayang kepada mama ketika tiba-tiba dia sadar setelah berhari-hari kesadarannya terganggu. Meski tak banyak yang bisa kulakukan jelang beliau pergi, tak ada yang perlu disesali.

2020 juga menjadi tahun yang berat dalam pekerjaan. Pemotongan gaji. Bekerja dari rumah. Klien yang tak memperpanjang kontrak. Semua menjadi satu. Tapi bersyukur punya atasan dan rekan kerja yang supportive. Semua bisa dilewati dengan mulus. Ada klien yang pergi. Ada klien baru yang datang.

Tak adakah yang bisa disyukuri dari tahun ini? Banyak saudara!

Bersyukur masih bisa bekerja di saat banyak orang kesulitan. Bersyukur masih bisa makan dengan baik di saat banyak orang yang susah.

Bersyukur memiliki banyak waktu berkualitas dengan istri dan anak-anak. Membangun relasi dan hubungan yang belum pernah seintens ini.

Bersyukur bisa mengikuti perkuliahan secara online dengan baik. Hasilnya pun sempurna! Menjadi motivasi untuk mengusulkan proposal tesis semester depan. Optimistis semester depan bisa menyelesaikan semua perkuliahan.

Bersyukur bisa terus melayani di gereja. Diberikan kepercayaan berkotbah di mimbar ibadah raya. Itu semua adalah anugerah semata-mata.

Oleh sebab itu, meski 2021 seperti digelanyuti mendung, tak ada alasan untuk tidak optimistis. Sebab Tuhan saya tidak berubah dalam hal kasih dan anugerah-Nya. Satu-satunya alasan seakan Tuhan meninggalkan kita adalah ketika kita terlebih dahulu meninggalkan Dia.

So.. welcome 2021. Selamat datang tahun-tahun penuh berkat.