Pindah Haluan, Sebuah Perjalanan (dari wartawan jadi humas)

Pindah kerja bukan hal yang baru bagi saya. Saya melakukannya pertama kali setelah 11 tahun belajar jadi wartawanp di Tempo. Setelah itu, tak perlu waktu lama untuk melakukannya lagi, dan lagi..

Apakah saya jadi ketagihan? Tidak juga. Lebih kepada keadaan yang memaksa sebetulnya.

Keadaan memaksa pula yang kemudian membuat saya pindah kerja lagi baru-baru ini. Tak tanggung-tanggung, tidak lagi sekadar pindah media, sekarang saya pindah industri. Dari media ke Public Relation. Meski sama-sama masih di dunia komunikasi. Banyak juga kok wartawan yang melakukannya. Atau sebaliknya.

Wartawan dan PR memang saling kait mengait dan butuh membutuhkan. Saya juga tak terlalu asing dengan industri itu, sebab sudah lama banyak membantu teman, dan teman inilah yang kemudian mengajak saya bergabung di perusahaannya. Setelah CNN Student berakhir, saya pikir, mengapa tidak?

Dengan pengalaman sebagai wartawan, saya mengawali karier di PR sebagai senior consultant dengan konsentrasi pada content development dan client service.

Banyak hal yang saya sudah tahu sebelumnya, sehingga tinggal ‘berlari’ saja. Tapi ada lebih banyak hal lain yang saya harus belajar dari nol. Maka hari-hari ini menjadi momen saya untuk menyerap ilmu sebanyak-banyaknya. Sambil menyelam minum air. Banyak yang baru dan sulit. Banyak hal yang membuat saya harus berani keluar dari zona nyaman. Tapi, sekali lagi, saya belajar dan belajar.

Termasuk belajar untuk berkomunikasi dengan wartawan dan klien serta menjembatani mereka. Ini yang sulit. Soalnya, sebagai wartawan, biasanya saya hanya berkomunikasi dengan narasumber untuk mendapatkan informasi dan kemudian mengkomunikasikan informasi itu kepada pembaca melalui tulisan.

Saya juga bukan orang yang banyak bicara dengan mulut saya. Saya lebih suka bicara dengan ‘pena’ saya. Itulah masalah dan tantangannya. Belum lagi hal-hal administratif, yang dulu cenderung saya hindari. Tapi apa boleh buat, tak ada lagi jalan mundur, yang ada hanya jalan maju atau melompat keluar dari jalur ini.

Kalau banyak yang berhasil, mengapa saya tidak bisa?

Maka di sinilah saya sekarang. Menyusuri jalan yang sudah saya pilih. Melangkah maju, tidak diam atau berhenti. Tapi untuk sementara belum bisa berlari, sebab masih banyak yang perlu saya pelajari. Mudah-mudahan, usia yang tak lagi muda, tidak akan jadi batasan saya.

Hanya satu keyakinan saya, Tuhan tak pernah memalingkan wajahNya dari saya. Sebagaimana Dia sudah menolong saya menghadapi masa-masa sulit, bertarung dengan situasi di tempat yang lama, kali ini Dia juga pasti menolong saya di sini.

Leave a Reply