Debora.. Debora.. Mengapa Engkau Meninggalkan Aku

Debora.. debora.. debora..

Anakku..anakku.. mengapa engkau meninggalkan aku?

Terbaring kau nak di perhentian sejenak. Kesakitan tiada lagi kuasa bertindak.

Berkalang tanah dan hati bunda yang tetap resah. Mengepal ke langit, berseru gundah!

Anakku..anakku.. mengapa engkau meninggalkan aku?

***

Sajak itu mengalir sontak ketika hati terasa resah. Bayi Debora meregang nyawa karena tak sempat ditolong di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kalideres. Biaya yang disodorkan besar bukan kepalang.

Saya sedih sekali, sekaligus khawatir. Bagaimana kalau suatu ketika, itu akan menimpa saya dan keluarga.

Heran sekali, di mana rasa kemanusiaan mereka? Bukankah paramedis dan dokter tahu betul bahwa kondisi Debora sudah payah luar biasa. Tapi mereka lebih takluk pada aturan buatan manusia.

Ketika akhirnya bocah cantik itu meregang nyawa, mereka cuma bisa angkat bahu dan mengelus dada.

Kini semua orang sibuk bicara. Tuan di sana bilang, rumah sakit tak boleh begitu. Puan di sana bilang, dokter tak boleh begitu. Faktanya, debora bukan yang pertama. Lalu sekian masa, tuan-puan ke mana saja?

Media juga berisik begitu rupa. Trafik meningkat ke puncak ketiga. Bad news is a good news, katanya.

Sedang Debora sudah mati. Semua keributan itu takkan bisa membawanya kembali.

***

Debora.. debora.. debora
Anakku..anakku.. mengapa engkau meninggalkan aku?

7312 – Tendean

Leave a Reply