Liburan Puas, Mending Ikut Tur atau Mandiri?

Kita yang sudah bekerja keras, sekolah/kuliah yang keras, jelas membutuhkan liburan, waktu-waktu di mana kita bisa melepas penat, beristirahat, dan pergi ke tempat yang bisa memberikan penyegaran.

Ambillah cuti atau manfaatkan tanggal merah yang ada di kalender untuk berlibur. Sendiri atau dengan keluarga, tak soal. Yang penting, momentum itu harus bisa memberikan imbal balik berupa kesegaran mental saat kita harus kembali ke rutinitas harian, kesibukan pekerjaan, kuliah, sekolah, dan sebagainya.

Kalau kamu bermaksud berlibur ke destinasi wisata yang menarik, setidaknya ada dua cara untuk melakukannya. Pertama dengan merancang sendiri liburanmu alias liburan mandiri, mulai dari pemilihan waktu, persiapan transportasi, pemesanan hotel, pemilihan destinasinya, dan sebagainya.

Kedua, dengan ikut tur yang banyak ditawarkan perusahaan tour & travel. Kamu tinggal bayar, lalu ketika saatnya tiba, berangkat dan ikuti semua programnya.

Saya dan keluarga biasanya selalu memilih cara pertama. Saban akhir tahun atau tanggal merah yang berdempet dengan weekend, biasanya saya dan keluarga akan merancang liburan ke luar kota. Sudah banyak kota dan destinasi wisata yang kami datangi, khususnya di Pulau Jawa dan Sumatera.

Tapi pada awal Juli ini kami mencoba cara kedua. Selain mengisi liburan sekolah anak-anak, kami juga hendak merayakan ulang tahun istri dan ulang tahun pernikahan yang ke-14. Maksudnya, pengen santai, enggak mau ribet, tinggal bayar dan cuss berangkat. Bali adalah tujuan kami.

Rupanya, liburan yang diharapkan memuaskan ternyata tak seperti kenyataan. Value uang yang kami keluarkan rasanya tak sebanding dengan kepuasan yang didapatkan. Kesimpulan kami, pengelola turnya kurang profesional, tidak well-planned.

Ketika ada hambatan cuaca, tak ada back-up plan. Sering terjadi miskordinasi. Saya malah sempat tersesat ketinggalan rombongan konvoi karena leadernya menyetir tak lihat-lihat pengikut.

Kalau kalian hendak berlibur menggunakan jasa tur, ada baiknya check and recheck lagi. Ada berapa destinasi yang ditawarkan. Bagaimana itinerary-nya, sesuaikah antara pelaksanaan dengan penawaran awal? Bagaimana transportasi, akomodasi, dan makanannya? Bagaimana pelayanan tim di lokasi tujuan? Terkoordinasi dengan baikkah? Apakah pengguna jasa terinformasi dengan baik segala halnya?

Cek juga hotel dan lokasi yang ditawarkan. Sebab, pengalaman perdana kami, hotel yang ditempati justru kurang nyaman untuk anak-anak. Pintu masuknya dan lobinya adalah bar dengan live music setiap malam. Asap rokok, minuman keras, menjadi pemandangan yang dilihat anak-anak ketika masuk lobi.

Memang butuh kecermatan dan usaha lebih untuk menggali setiap informasi tadi melalui banyak sumber. Kamu bisa cek di Internet mengenai review jasa tur itu, atau tanya-tanya orang. Jangan sampai, sudah berangkat, kemudian akhirnya kecewa.

Bukan berarti semua tur begitu, pasti ada banyak juga tur di luar sana yang memberikan pelayanan terbaiknya dan memuaskan pengguna jasanya.

Tapi berbekal pengalaman tadi, rasanya pergi berlibur dengan merancang sendiri segala sesuatunya adalah lebih baik bagi saya dan keluarga. Mungkin karena kami sudah terbiasa melakukannya.

Lagipula dengan bepergian mandiri, kita lebih fleksibel soal waktu dan destinasi liburannya. Bahkan, pernah saat sudah di tengah jalan, tiba-tiba tujuan berubah karena diskusi yang seru di mobil. Tapi asyik-asyik saja, sepanjang semua senang, liburan akan tenang.

Memang, tantangannya bepergian mandiri, adalah mencoba untuk lebih taat pada rencana awal. Kadang, kalau sudah malas gerak alias mager, ya banyakan di kamar hotel. Tapi setidaknya itu terjadi karena pilihan sendiri dan sepanjang seluruh anggota keluarga sepakat, why not. Yang penting, pulang dengan senang-senang.

1 thought on “Liburan Puas, Mending Ikut Tur atau Mandiri?

  1. Pingback: Air dan Ular Suci di Tanah Lot, Bali | Bang Ded

Leave a Reply