Sebuah laporan anyar mengenai perkembangan konektivitas Internet sedunia masuk ke inbox saya beberapa hari lalu. Itu mengenai catatan koneksi Internet yang terjadi di dunia, termasuk Indonesia, yang dirilis oleh Akamai.
Beberapa catatan dalam laporan State of The Internet – Connectivity Report yang dirilis oleh Akamai itu:
1. Rata-rata kecepatan koneksi di Indonesia naik 59% dari tahun ke tahun.
2. Rata-rata kecepatan koneksi saat ini mencapai 7,2 Mbps dan berada di peringkat ke-77 secara global pada kuartal ini. Kecepatan konektivitas puncak di Indonesia adalah 66,1 Mbps.
3. Kecepatan mungkin akan terus bertumbuh karena perkembangan infrastruktur yang berkelanjutan. Saat ini di Indonesia juga terdapat banyak provider yang sedang menyiapkan jaringan internet 4.5 G dan 5G untuk mendukung ekonomi digital.
Bagaimana dengan konektivitas global? Catatan Akamai:
• Kecepatan koneksi rata-rata global adalah 7,2 Mbps, peningkatan 15 persen setiap tahun.
• Kecepatan koneksi puncak rata-rata global meningkat 28 persen dari tahun demi tahun hingga 44,6 Mbps pada kuartal pertama.
• Korea Selatan kembali menunjukkan kecepatan koneksi rata-rata tertinggi secara global sebesar 28,6 Mbps pada kuartal pertama.
• Singapura menunjukkan kecepatan koneksi puncak tertinggi sebesar 184,5 Mbps pada kuartal pertama.
Di industri mobile:
• Kecepatan koneksi mobile rata-rata berkisar antara 26 Mbps di Inggris hingga serendah 2,8 Mbps di Venezuela.
• Konektivitas mobile tertinggi adalah di Jerman, yakni 200 Mbps pada kuartal pertama.
• Sebanyak 37 negara yang disurvei di dunia memiliki rata-rata kecepatan koneksi mobile sebesar atau melebihi ambang batas broadband 10 Mbps. Sedang 70 negara lain mencapai kecepatan rata-rata sebesar atau di atas level broadband 4 Mbps.
Apa artinya konektivitas yang cepat-cepat macam itu?
Kamu senang
Yang jelas, kegiatan kita berselancar di dunia maya akan semakin menggairahkan dan menyenangkan, bukan?
Menonton video di YouTube maupun di jejaring sosial lain macam Facebook, Twitter, Instagram, akan jadi aktivitas yang menghibur. Kamu bisa menonton siaran langsung pertandingan sepakbola selancar menontonnya di layar televisi melalui antena analog.
Kamu akan jarang mengeluhkan koneksi lambat, mengeluhkan pengiriman informasi yang tersendat-sendat. Pengiriman berkas berukuran besar terjadi secepat mengklik mouse. Dan sebagainya.
Efisiensi Waktu
Ini jelas. Kalau dulu kamu butuh bermenit-menit untuk membuka satu halaman web penuh dengan multimedia macam audio, video, foto-foto, dan sebagainya, sekarang dalam waktu singkat semua bisa terpampang di hadapanmu. Entah itu melalui layar komputer pribadi atau smartphone. Kamu jadi punya banyak waktu lebih untuk melakukan hobimu yang lain, atau quality time dengan keluarga. Bagi perusahaan pun jelas ini sangat membantu dalam banyak sisi, terutama perusahaan yang banyak menggantungkan operasional hariannya pada jagad maya.
Gairah industri digital
Ketimbang kamu cuma spending uang untuk membayar koneksimu, kenapa tidak mencoba me-monetize gaya hidup digitalmu untuk meraih duit tambahan atau malah bisa menjadikanmu wirausahawan sukses. Jualan online akan semakin menggairahkan karena koneksi lancar jaya seperti itu. Kamu bisa menambahkan materi-materi jualan dengan rich multimedia, supaya orang makin tertarik berkunjung ke toko onlinemu. Ini juga menggairahkan industri aplikasi untuk perangkat digital. Industri marketplace juga bergairah karena makin banyak orang yang senang belanja online. Industri yang makin bergairah akan mendorong perekonomian bangsa. Ekonomi makin baik, taraf hidup rakyat juga makin baik.
Internet of things
Konsep ini sederhananya bicara mengenai konektivitas semua perangkat yang bisa terhubung ke Internet. Saat ini Internet bisa diakses dari banyak perangkat dan perkakas, tak hanya dari komputer atau smartphone.
Pintu rumah, garasi, mobil, mesin pembuat kopi, mesin cuci, headphone, lampu, wearable device, dan sebagainya, sudah bisa terhubung ke Internet dan juga terhubung satu sama lain. Sebuah analisis dari perusahaan Gartner menyatakan bahwa pada 2020, akan akan 26 miliar perangkat yang terkoneksi satu sama lain. Malah ada yang menyebutkan angka 100 miliar. Relasi yang terjadi adalah antara manusia dan perangkat, antarmanusia dan manusia, dan antarperangkat dengan perangkat.
Sebagai contoh, ketika alarm membangunkanmu pukul 06.00, ia akan mengingatkan mesin pembuat kopi akan segera membuatkanmu kopi pagi yang nikmat. Di perjalanan ke kantor, mobilmu akan mengakses kalender, memilih rute lalu lintas tercepat dan terlancar. Kalau ternyata lalu lintas macet, mobil akan mengirimkan notifikasi kepada kolegamu bahwa kamu akan terlambat.
Ini persis sekali dengan ramalan Bill Gates, bahwa Internet akan menghubungkan manusia dengan semua hal. Ya! Semua hal.
Lainnya
Berbagai penemuan di dunia digital akan terus terjadi kalau konektivitas sudah tak lagi jadi gangguan. Kita tak tahu, apa saja bisa dipikirkan oleh manusia yang kecerdasannya tak tertandingi itu. Siap-siap saja mendengar lahirnya penemuan demi penemuan di dunia komputer, robotika, kecerdasan buatan, perjalanan luar angkasa, dan sebagainya.
Tapi bukan berarti tak ada dampak negatifnya ya. Dari segala kebaikan yang bisa ditawarkan oleh teknologi, akan selalu ada dampak buruk kalau teknologi dipakai oleh orang yang punya niat buruk untuk keperluan yang jahat. Makanya, ancaman kejahatan dunia siber pun akan makin mengkhawatirkan. Ingat kan fenomena virus ransomware WannaCry yang menakutkan itu? Itu baru salah satu saja dan yakinlah, pengguna Internet yang jahat juga banyak di luar sana. Entah apa lagi modus kejahatan yang akan terjadi dengan memanfaatkan koneksi Internet. Makanya, kita semua perlu waspada.