BlackBerry Oh BlackBerry

Saya sudah mengenal BlackBerry lebih dari satu dekade lalu. Tapi baru memakai ponselnya sekitar tujuh tahun lalu. BlackBerry Gemini, atau Curve 8520, adalah ponsel BB pertama dan terakhir saya.

Awalnya bersanding dengan ponsel Android saya, lama kelamaan saya merasakan banyak keterbatasan dengan BlackBerry, kalau dibandingkan Android.

Tombol QWERTY-nya yang seperti beri itu lucu sih. Juga trackpad-nya unik (Pengembangan dari trackball yang khas dulu). BlackBerry Messenger-nya bahkan membuat saya meninggalkan Yahoo Messenger.

Tapi bila Android mengembangkan teknologinya dari waktu ke waktu secara agresif, BlackBerry terkesan lambat sekali. Ya akhirnya tertinggal jauh deh. Pangsa pasar BlackBerry malah sekarang tinggal 0 persen. Ya ampun.

***

Memulai bisnis di area enterprise sejak 1980-an, BlackBerry lebih dikenal di kalangan pebisnis karena kemampuannya melakukan push email (pelopornya) dan layanan BlackBerry Enterprise Server (BES).

Sekitar satu dekade yang lalu brand dari Kanada ini memulai langkahnya di pasar consumer. Pada 2006 BlackBerry meluncurkan Pearl 8100 sebagai ponsel consumer perdana. Andalannya adalah kamera dan fitur multimedia.

Selama beberapa waktu ia tak tertandingi. Saat iPhone muncul pada 2007, BlackBerry masih melaju meski iPhone saat itu dijuluki “BlackBerry killer”.

Lalu saat Android muncul pada 2008, pelanggan BlackBerry masih bertumbuh dan saat itu sudah mencapai 21 juta. Puncaknya pada 2012, pengguna BlackBerry di seluruh dunia mencapai 79 juta lebih.

Setelah itu, BlackBerry pun berada di jalan menurun. Dan beberapa hari lalu, Gartner merilis hasil riset pasar. Pangsa pasar BlackBerry sudah 0 persen pada kuartal keempat 2016.

***

Research in Motion (RIM) bukannya tak mencoba mendorong produknya untuk menarik hati pengguna teknologi. Tapi semua terasa sangat terlambat. Entah karena jumawa atau.. apalah.

Nyaris tak ada inovasi baru dari RIM. Penyerapan teknologi terbaru terkesan lamban. Ketika zaman keemasan tablet, RIM juga menyodorkan jagoannya, Playbook. Tapi penjualannya flop.

Pun ketika eranya pesan instan macam Whatsapp dan Line, RIM memboyong BlackBerry Messenger jadi aplikasi yang bisa ditanam di ponsel platform lain. Tapi itu pun nda ngangkat.

***

Si Gemini, yang dulu saya pakai kerja, pun masuk laci. Saya simpan sebagai kenang-kenangan. Masih bisa dipakai dan semua fungsinya masih normal.

Seperti Gemini yang saya simpan di laci dan terlupakan, BlackBerry pun sepertinya sedang menuju ke arah yang sama. Masuk laci banyak orang dan kemudian dilupakan. Sayang sekali.

 

Leave a Reply