Saya berkenalan dengan Erik Senopati di sebuah pameran khusus games, beberapa hari lalu. Logat Jawanya kental. Lelaki ini memang berasal dari Jawa Tengah. Dia alumni Universitas Diponegoro, Semarang.
Satu hal yang membuat saya tertarik pada kisah Erik adalah, bahwa pemuda ini memiliki passion yang tinggi pada bidang artistik. Dia suka dan jago menggambar sejak masih belia sekali. Tapi latar belakang ilmunya jauh dari bidang artistik. Ini bisa terjadi karena Erik adalah contoh anak yang patuh pada orangtua.
Orangtua Erik menginginkan dia mengikuti jalur keluarga di bidang penegakan hukum, dia pun manut dan mengambil jurusan ilmu hukum di Undip. Bapaknya seorang hakim.
Hanya saja, Erik tak mengabaikan kesukaannya menggambar. Sampai akhirnya, ketika lulus kuliah Erik memutuskan untuk terjun ke bidang pengembangan games. Prospera Studio di Ungaran menjadi tempat pelabuhannya.
“Saya sudah menunaikan perintah orangtua, sekarang saatnya saya menentukan masa depan sendiri,” kata dia.
Yes! Itulah yang saya maksudkan. Tak ada salahnya sih mengikuti maunya orangtua sepanjang itu baik dan alasannya masuk akal. Bukan berarti kita mengubur cita-cita.
Erik mengakui, tak ada secuil pun ilmu hukum yang dipelajarinya bertahun-tahun, yang mendukung pekerjaannya saat ini sebagai ilustrator di Prospera Studio.
Selama bertahun-tahun justru Erik berhasil membuat beberapa komik yang digambarnya sendiri. Hanya, lantaran kurang percaya diri, Erik tak mau menerbitkannya.
Dia paham, dia menghabiskan waktu bertahun-tahun di kampus adalah wujud baktinya pada orangtua. Sedang masa depannya sendiri ada di tangannya.
Bekal keahlian yang terus dipupuk dan jaminan masa depan di bidang artistik yang kian hari kian baik, Erik bisa meyakinkan orangtua bahwa pekerjaan ini akan menjamin masa depannya.
Baru saja Erik dan Prospera memperkenalkan game smartphone bergenre horor bertajuk Tumbal. Ilustrasi karya Erik tampak kental di dalam permainan tersebut. Termasuk sosok pemeran utamanya, seorang perempuan manis.
Apakah terinspirasi oleh seseorang? Erik tertawa. Bukan, kata dia.
Sosok perempuan itu justru terilham dari mimpi, setelah Erik dan timnya brainstorming mengenai karakter utama dalam game. Setelah orat-oret, rupanya pencarian sosok itu terbawa sampai ke mimpi. Lalu jadilah.
Game ini ternyata menuai perhatian besar. Belum sebulan peluncurannya di toko aplikasi Google Play, sudah lebih dari 25.000 yang diunduh.
Teka-teki yang mewarnai cerita game itu rupanya membuat banyak orang penasaran. Belum lagi suasana menyeramkan dan munculnya berbagai macam sosok hantu yang menakutkan.
Bagaimana cara paling asyik memainkan Tumbal? “Mainkan dengan headphone pada waktu tengah malam,” kata Erik, tertawa.
Foto: Fitri Chaeroni