Tangis menyeruak dari desingan peluru
Meratapi bumi yang lantak
Buah hati terkapar, mati
Nestapa menjemput ajal yang beria-ria
Gaza suatu hari
Meluluh pada panasnya sengatan api
Bocah dan ibu termangu
Mencucur air mata dan darah
Tiada terbau
Hentikanlah, tuan!
Pongah dan serakah
Hanya membakar amarah
Meski lekang raga dari jiwa
Cukuplah, tuan!
Seberapa banyak lagi tubuh terberai
Sebelum Anda puas
Lalu tertawa tiada henti
Gaza suatu hari
Meluluh pada hancurnya hati
Bocah dan ibu tergugu
Meratap hari dan hari
Tiada terperi
Tuhan..
Sampai kapan berdiam diri?
=============
Amarah mu boleh tumpah, kawan
Tapi jangan lupa
Kesedihan mereka adalah kesedihan kami
Luka mereka adalah luka kami
Jangan kau memicing mata
Menyempitkan hati
Meluapkan sergah
Lalu abai pada keluh kami
Tak perlu bicara agamamu, pun agamaku
Mereka tak tersedan oleh agamanya
Juga tak meminta tentaramu
Berperang demi mereka
Karena dengan kanak-kanaknya pun
Kepongahan
tak pernah bisa
mengubur semangat mereka
Lupakanlah curiga
Apalagi kalap
Mereka lebih butuh
Cinta dan harap
==============
Kutulis engkau pada bongkah hati terbelah
Nanar menapis selaksa rasa
Kupilihkan satu untukmu
Cinta
Kami mencintamu
Seperti Cinta yang menghujan dari surga
Sampai Cinta yang sama membuatmu bahagia
Kami mencintamu
Gaza
Camar, 15 Januari 2009
Foto: Badwanart0/Pixabay
sangat manis dan menusuk jiwa aku puisi ini. aku ingin minta izin dari kamu untuk menyalinnya? boleh kah?
Boleh.. asal jangan lupa dicantumkan sumber dan bylinenya.. hehehe. Terima kasih udah baca blog aku..