Menilas sisa amarah petang itu
Hiruk pikuk yang laun larut
Ketika tubuh bergelimpang
Berkubang darahnya sendiri
Seruas jalan
Sebaris cerita sejenak
Kucoba menggali kenangan
Dari teriak-teriakmu
Dihantar angin sore itu
Kurasakan semua pelan menguap
dari kesibukan siang ini
Orang-orang tak perduli
Meski mungkin, takkan pernah lupa
Jeritmu, menjelang mautmu
Di sini, seruas jalan
Ketika amarah tumpah
serapah muncrat dari mulut berbau
lalu diam
Ketika bilah pedang ganti bicara
Moncong pistol ganti murka
Menilas sisa amarah petang itu
Lambat melarut
Dalam perjalanan kala yang tak diam
Lalu, semua membisu
Semua bergerak
Robot-robot kita
hanya sejenak tertonggak
Di titik yang semakin samar
Hanya tangis, lamat kudengar
Dari mereka yang meriung di atas liang
Tertimbun tanah merah
Tanya mereka tak pernah berjawab
“Mengapa?”
Camar (untuk tragedi Ampera)