Cinta

Manakah cinta yang lebih dahsyat
Daripada riang tawa dan pelukan
Di tiang pintu itu

Semburat fajar, dari perujung hari
Riak lembut, dari gelora waktu-waktu

Pemanis ia pada pahitnya takdir
Bilamana memang ia berada
Atau ingin ku menafi
Katakanlah saja ia sebuah perjalanan
Sebuah kemestian

Manakah harap yang lebih tinggi
Daripada tumbuh engkau
Pada hari-hari berlalu

Sebuah pegangan menenteramkan
Jalan berbatu, mengguncang hasrat
Sehingga tiba ku di tubir ketakutan

Menarilah melati dari Cintaku
Terus dan tak pernah berhenti
Meski waktu akan merapuhkannya

Aku ingin menikmati saja
Wangimu
Melambung, menghanyut

Sampai nanti
saat tiba perkata, “Pergilah, mencintalah.”
Sedang kami diam di pintu itu
Dengan cinta yang selalu sama..

Camar, 19 Februari 2009

Leave a Reply