Di Mana

Di mana pernah kulihat wajah renta itu
Tertunduk melangkah
dengan kaki gemetar
Pasi dengan kerut-merut di sekujur tubuh?

Menapak sejengkal demi sejengkal
lorong-lorong itu
Seulas senyum diberi
Bagi siapa saja yang menegur
Atau sekedar tanya
meski dia tahu cuma basa-basi

Di mana pernah ku ingat tubuh ringkih itu
Berdiri di sudut ruang
bersuara lirih
nyaris tak terdengar

Kerap juga tak perduli
pada bisik-bisik gemerisik
atau seru si kurang ajar
yang bikin onar?

Bapak tua guru renta
Di mana pernah kulihat?

Bukankah dari masa laluku
Di antara tiang-tiang koridor
Bilik-bilik kelas nan rapuh
Dari lubang-lubang di dinding
atau gema dinding bisu
Kusam pada warna yang termakan waktu
Sekolahku dulu?

Sepimu kurasa sampai kini
bau kapur putihmu terhidu sampai di sini

Walau kemarin,
Kudengar engkau telah pergi
Membawa kisahmu sendiri
Jadi sejarah atau sekedar melalu?
Biarlah kami tanya pada hati sendiri

Camar, 28 November 2007
Untuk Guru

1 thought on “Di Mana

  1. si burung camar

    Salam kenal. saya membuka blog anda secara tidak sengaja. ketika saya berencana membuka blog saya yang sudah hampir dua bulan tidk saya kunjungi, ternyata saya lupa alamat persis blog saya. yang saya ingat adalah kata “camar”, karena waktu pertama kali membuat blog itu, saya memang menggunakan nama kesayangan saya tsb yang sama dengan nama saudara. lantas, ternyata yang saya temukan justru blog saudara ini. satu kesamaan lagi yang saya temukan adalah saya juga pecinta puisi (meski saya barulah pemula) dan itulah kemudian yang menjadi alasan saya tertarik untuk menyapa saudara. saya tidak tau apa alasan saudara punya nama camar. tapi camar itu sangat filosofis maknanya, bukan? Sekali lagi salam kenal dari camar untuk camar

Leave a Reply