Kubur Yesus?

Setelah novel dan film Da Vinci Code–sebuah fiksi belaka–, kini muncul lagi serangan terhadap kekristenan berbentuk klaim penemuan peti mati Yesus, Maria Magdalena, dan putra (?) mereka di satu sudut kota Yerusalem.

Klaim itu dicetuskan pembuat film dokumenter dari Discovery Channel melalui sebuah film 90-menitan bertajuk “The Lost Tomb of Jesus”. Film ini disutradarai Simcha Jacobovici, seorang wartawan. Produsernya adalah James Cameron, yang pernah membesut film Titanic.

Discovery Channel mengklaim mereka telah mempelajari sepuluh peti batu yang dipakai untuk menyimpan belulang, dari sebuah situs di Talpiot, Israel, pada tahun 1980. Dari aksara dan penelitian DNA sejumlah temuan di dalamnya disimpulkan bahwa kotak itu adalah tempat bersemayamnya mayat Yesus, Maria Magdalena, dan putra mereka.

Penanggalan temuan itu diperkirakan 2000 tahun lebih. “Bukti-bukti itu mendorong konsekuensi yang besar sekali,” kata Jane Root, Presiden Discovery Channel.

Akhir bulan lalu Pendeta Rob Schenck, dari Dewan Kependetaan Nasional Amerika Serikat, mengatakan temuan film itu, “Tak lebih dari pertunjukan sirkus modern.”

“Paling buruk, ini benar-benar penipuan.”

CAMAR | DIKUTIP DARI NATIONAL GEOGRAPHIC NEWSLETTER

***

Tiba-tiba aku teringat waktu melakukan reportase di Gunung Tambora, Sumbawa Besar, pada tahun 2006. Temanya soal temuan bekas-bekas kerajaan Tambora yang musnah saat gunung itu meletus ratusan tahun lalu.

Tiba di sana aku rupanya keduluan tim dari Discovery Channel yang sudah mengubek-ubek tempat itu, lantas membuat sebuah film dokumenter yang judulnya kira-kira tentang lenyapnya Kerajaan Tambora.

Ketika menyaksikan film itu, penontonnya pasti langsung terbawa suasana bahwa demikianlah kenyataan yang kini terkubur tiga meter lebih di bawah tanah itu. Tapi ketika melihat cara mereka bekerja dan bagaimana mereka membuat kesimpulan demi kesimpulan, aku cuma bisa mengelus dada. Sungguh naif dan memaksa.

Bagaimana bisa bercerita tentang Kerajaan Tambora dari temuan sepetak tinggalan yang sudah menjadi arang dan sisa-sisa keramik dan peralatan? Mana keramik-keramik berharga itu mereka bawa pergi ke Amerika sono tanpa ijin resmi dan lolos saja dari imigrasi kita.

Tak urung kesimpulan mereka membuat berang Arkeolog Indonesia, karena sungguh cara mereka bekerja jauh dari metoda penelitian yang diakui Arkeologi sebagai ilmu. (Begini-begini saya juga lulusan Arkeologi lho)

Lalu apa hubungannya dengan temuan “Kuburan Yesus”?

Saya kira, apa yang disampaikan Discovery adalah sebuah kesimpulan memaksa yang mereka tak pikirkan dampaknya. Sebuah serangan lagi terhadap iman kekristenan. Benarkah Yesus menikah dan punya anak—seperti juga yang dicetuskan dalam Da Vinci Code?

Sebuah kesimpulan yang patut dipertanyakan kesahihannya. Bila memang mereka melakukan penelitian DNA, tentu saja mereka harus mencocokkan DNA temuan di peti batu dengan DNA kerabat Yesus yang masih tersisa saat ini. Apakah ada? Bagaimana mereka bisa melacak setelah generasi itu terentang 2000 tahun lebih?

Tapi terlepas dari semua itu, apakah kekristenan akan hancur dengan temuan itu? Ugh! Not so easy man! Christianity born and grown thousand of years. Diserang dengan berbagai cara pun, kekristenan tetap hidup dan bertumbuh. Serangan terhadap keimanan ini bukanlah kali pertama. Berbagai pihak sudah melakukannya, bahkan tak lama setelah Yesus bangkit.

Lihat kisah di Injil Matius:
28:11 Ketika mereka di tengah jalan, datanglah beberapa orang dari penjaga itu ke kota dan memberitahukan segala yang terjadi itu kepada imam-imam kepala. 28:12 Dan sesudah berunding dengan tua-tua, mereka mengambil keputusan lalu memberikan sejumlah besar uang kepada serdadu-serdadu itu
28:13 dan berkata: “Kamu harus mengatakan, bahwa murid-murid-Nya datang malam-malam dan mencuri-Nya ketika kamu sedang tidur.
28:14 Dan apabila hal ini kedengaran oleh wali negeri, kami akan berbicara
dengan dia, sehingga kamu tidak beroleh kesulitan apa-apa.”
28:15 Mereka menerima uang itu dan berbuat seperti yang dipesankan kepada
mereka. Dan ceritera ini tersiar di antara orang Yahudi sampai sekarang ini.

Begitulah:

Kata Yesus dalam Yohannes 16:20: “Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi sukacita.”

CAMAR

2 thoughts on “Kubur Yesus?

  1. The Hedonese

    Betulkah Itu Makam Yesus? Semalam, saya telah menonton semua laporan berkaitan dengan makam Talpiot. Umat Kristian tidak perlu risau sangat. Beberapa wakil Kristian nampaknya bimbang, seolah-olah menjerit di depan pemberita dalam lapuran khas Discovery itu. Mungkin sebabnya mereka belum tengok lagi rancangan itu dan perlu mengulas tentang isu tersebut, seperti menembak dalam kegelapan. Setelah meneliti rancangan dokumentari itu, hujah-hujahnya mengandungi pelbagai masalah yang boleh dikupas dengan rasa sabar. Contohnya, kita tidak perlu ijazah bidang biologi untuk mengetahui jika seseorang menguji DNA anda, ia tentunya tidak sepadan dengan kebanyakan orang yang lain. Jadi, hujah DNA yang disebut dalam rancangan itu tidak membuktikan apa-apa, hanya memberi kita suatu keputusan yang sudah dijangka. Seorang pakar Antropologi Forensik berkata semalam dalam rancangan Anderson Cooper 360, ia bukan bukti yang seberapa. Hasil ujian DNA itu tidak membuktikan apa-apa yang penting. Kita tidak perlu ijazah bidang geografi juga untuk mengetahui bahawa jika keluarga Yesus berasal dari Galilee, kenapa pula makam keluarga mereka berada di Jerusalem? Dua permerhatian mudah ini dapat membantu kita kupas kelemahan hujah dalam rancangan dokumentari ini. Hujah dari kebarangkalian statistik itu bergantung kepada ANDAIAN bahawa makam Talpiot itu makam sebuah keluarga. Tapi satu-satunya kesimpulan yang mungkin kita dapati dari ujian DNA yang tidak sepadan ialah ia bukannya sebuah makam keluarga. Apa kata sekiranya makam ini tidak mengandungi sebuah keluarga, tapi hanya orang-orang dari keluarga yang berlainan dalam wilayah yang sama? Atau pun makam ini dikongsi oleh beberapa keluarga? Semua soalan asas sebegini adalah sebahagian dari proses pengajian sejarah. Dan kebenaran bagi ‘senario’ yang mana-mana satu pun akan meyangkal dakwaan sensasi bahawa inilah makam Yesus (Nabi Isa). Jadi marilah kita menanya beberapa soalan biasa ini bagi mendedahkan andaian-andaian tersirat dalam usaha memperolehi nombor ‘statistik’ ini yang mudah dicabar. Seterusnya, analisis kebarangkalian tidak bermakna kerana apa yang disukat itu bukannya apa yang diandaikan. Maka tiada sebab untuk melolong atau menjerit, hanya memberi soalan yang bagus. Asingkan fakta dari tafsirannya. Fakta: kita menemui makam yang mengandungi sepuluh kotak berisi rangka tulang dari abad pertama Selepas Masehi. Ada nama tertulis di atas kotak dan dua daripada mereka (satu bernama Yesus dan yang lain bernama Mary) tidak mempunyai hubungan biologi. Itu SAHAJA yang kita ketahui dari rancangan tersebut. Yang lain itu tafsiran. Para penerbit rancangan khas itu kata mereka inginkan lebih siasatan dan mencari kebenaran. Sambutlah cabaran ini, kata saya. Fakta-fakta yang timbul akan menunjukkan bahawa makam Talpiot tiada kaitan langsung dengan keluarga Yesus. Yang ada hanyalah sebuah makam abad pertama yang mengandungi beberapa kotak rangka tulang, yang membantu kita fahami nama dan amalan zaman itu. Mari kita meneliti isu-isu budaya zaman kita pula. Ya, usaha ‘hentam’ kepercayaan Kristiani makin lumrah dalam kerakusan mengejar wang ringgit dan pujaan ramai bagi sesetengah orang. Mudah kita sebagai umat Kristian berasa kecewa. Saya memberitahu murid-murid di seminari supaya mengambil ‘suntikan vaksin’ sampainya Hari Natal ataupun Easter kerana lazimnya amalan menghantam Kristian pada musim cuti. Jangan terperanjat dengan corak duniawi yang dijangka ini. Harus juga kita mencabar motif HarperSanFrancisco dalam terbitannya yang sentiasa ‘menghentam’ kepercayaan Kristian.Tapi, penting sekali, kita perlu dana wang untuk menerbit dokumentari berkualiti tinggi dengan cendekiawan Kristian yang masyhur. Pokoknya, orang umum dapat membuat perbandingan dan lihat sendiri kelemahan hujah-hujah sensasi sebegini. Mari kita menyahut cabaran untuk memberi pandangan yang sebaliknya. Industri penerbitan Kristian berbillion dollar nilainya. Usaha sebegini tidak memberi kesan atas keuntungan mereka (adakah faktor duit yang paling penting dalam isu ini?) Hakikatnya, hanya 0.2% wang dijana oleh industri ini boleh mendokong usaha terbitan rancangan khas setiap tahun. Jika syarikat penerbitan Kristian menderma dengan murah hati, kita dapat menonjolkan motif yang berdasarkan kebenaran, dan bukannya keuntungan. Mungkin juga kita tidak harus berbangga dengan organisasi seperti badan Penyiaran Agama Negara [National Religious Broadcasters] kerana tidak melangkah ke hadapan untuk menyahut cabaran budaya ini? Mungkin mereka atau badan sepertinya harus menggembleng tenaga yang padu untuk mempertahankan iman. Kenapa tidak syarikat Kristian besar mengumpul sumber kewangan seperti rangkaian penyiaran kabel lain dan menerbitkan dokumentari berkualiti untuk tontonan televisyen? Itulah cabaran yang saya berikan. Hentikan jeritan dan rungutan. Hasilkanlah sesuatu berkualiti tinggi yang menonjolkan tahap cendekiawan berwibawa, supaya budaya kita dapat melihat kisah sebenar dengan lebih menyeluruh. Mungkin usaha sebegini akan menghasilkan sesuatu yang boleh dipercayai dan bermutu. Inilah usaha yang diperlukan jika umat Kristan serius melibatkan diri dalam perbincangan sejagat. Renungkanlah.

Leave a Reply