Perjalanan ke Bangkok (3)

This is time to say good bye to White Elephant

Sambungan…

Sorenya kembali ke hotel. Janjian ketemu jam 20.30 lalu berangkat ke pasar Suan Lum. Pasar yang buka malam hari.

Menunggu di kamar adalah kegiatan yang asyik juga. Dari layar lebar plasma itu, bisa nonton babak final NBA. Lumayan juga. Tapi telepon kok nggak berbunyi-bunyi ya? Jangan-jangan nggak jadi. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul 22.00. Ya sudah, akhirnya kurapatkan selimut dan bersiap untuk tidur serta mengubur rasa kecewa karena nggak sempat berbelanja.

Tapi setengah jam kemudian, telepon berbunyi, Agung dan Ronald yang habis dipikir a la Thai di dekat hotel mengajakku keluar dan bergabung dengan Meilita dan Monique (keduanya dari pihak pengundang kami) yang sudah menjelajahi pasar Suan Lum sejak pukul 21.00.

Suan Lum. Pasar ini unik. Bukanya malam sampai menjelang dini hari. Luasnya entah seberapa karena tak sempat menjelajahi semuanya. Tapi suasananya asyik. Banyak turis dan pedagangnya lumayan mengerti bahasa Inggris. Yang tak mengerti cukup mengandalkan kalkulator dan menunjukkan harga. Sisanya terserah Anda! Mau ditawar oke, mau diterima saja juga oke. Harga di sini jauh lebih murah dibandingkan dengan Khao Sarn.

Di salah satu sudut Suan Lum ada bianglala sebesar yang di Dufan Ancol. Di dekatnya ada foodcourt yang luaaas. Sayang kami tak sempat menikmati makan malam di sini.

Rencananya sih malam itu mau ke Phatpong. Itu lho, tempat hiburan malam esek-esek. Meilita dan Monique sudah mau mengantar demi keamanan kami. (Kata mereka sih, kalau jalan ke sana bareng teman cewek akan lepas dari gangguan preman dan mami-mami para penjaja kenikmatan itu). Ke situ sih rencananya cuma pengen menyaksikan pertunjukan “ajaib” dari cewek-cewek Thai.

Tapi hujan deras yang mengguyur Bangkok membuyarkan rencana itu. “Nggak ada yang bisa dilihat hujan-hujan begini,” kata Meilita, manajer Kodak yang cantik itu.

Pulangnya, aku, Agung, dan Ronald menyempatkan diri membeli penganan kecil dari toko 24 jam “7eleven”. Sepotong sosis panjang –nyaris setengah meter–ternyata sudah cukup mengenyangkan. Lalu kami kembali ke hotel. Uh, waktunya istirahat sebelum packing barang-barang kembali. Akhirnya dikeluarkan juga tas backpack dari travelbag demi bawaan yang bertambah. 😀

Senin (1 Juni 2006)

Ini perjalanan pulang ke Jakarta. Ronald memilih extend dan melancong sendirian ke Phattaya dan Phuket. Agung turun di Singapura, bertemu pacarnya. Aku dan Monique kembali ke Jakarta. Berakhir sudah perjalanan di negeri gajah putih. I promise will comeback Someday!

camar

1 thought on “Perjalanan ke Bangkok (3)

Leave a Reply