NYOMAN
Apa kabarmu Nyoman?
Masih sedihkah kau
saat kemarin bom laknat
kembali menggetarkan bumimu
Memecah hati yang merapuh?
Sudah sembuhkah lukamu hari ini?
Sisa-sisa kebiadaban manusia
Yang merasa dirinya TUHAN
Aih, bumimu TUHAN
Dilaknat ciptaanmu sendiri
Atas namaMU, katanya
Atas kehendakMU, katanya
Tapi benarkah DIRIMU sedemikian kejam?
TUHAN yang pemarah
TUHAN mengijinkan
Manusia memusnah manusia yang lain?
Benarkah TUHAN mengajarkan kebencian?
Bukankah KAU yang meminta
“Bila mereka menampar pipi kananmu, berilah juga pipi kirimu!”
“Kasihilah sesamamu manusia, seperti dirimu sendiri!”
“Kasihilah orang lain, meski itu musuhmu?”
Tunjukkanlah padaku FirmanMU
(seperti yang mereka punya)
Firman yang mengijinkan
memburai isi tubuh Nyoman
merajam wajah Stefanus
Tunjukkanlah padaku PerkataanMU
(Seperti yang mereka dengar)
Perkataan Restu dan Cinta
Bagi sang penumpah darah
Benarkah pintu surga terbuka bagi mereka?
Setelah mereka puas di atas air mata orang lain
Setelah mereka tertawa di atas luka-luka orang lain
Setelah mereka girang di atas mayat orang lain
———————
(Terdiam Aku, anakKu! Melihat manusia
yang di tubuhnya mengalir nafasKu
Bukankah sudah Kukatakan,
Tidak ada seorang manusia pun yang benar? Seorang pun tidak!)
———————
Duh TUHAN!
Maafkanlah aku!
Ajarlah aku Mencinta
Meski harus ku pungut
serpihan-serpihan kecilnya
dari antara reruntuhan
7312 – untuk Nyoman di BALI
3 Oktober 2005