Aku Hanyalah Manusia
Andaikan aku seorang sejarawan
Akan ku buka selubung tanya
akan ku obrak-abrik selaput bimbang
yang dialami begitu banyak manusia
Sejarah butuh bukti
itulah sebabnya akan kugali peradaban kuno
ku beberkan cerita masa lalu
bagai sinetron masa kini
tanpa perlu dramatisasi
Andai aku orang pintar
Akan kutuliskan kitab baru
kitab kebenaran
TentangMu seutuhnya
Sehingga tak lagi ada serapah
Atau upaya membalikkan diri ini,
memunggungiMu Tuhan
–Andai gereja,
tidak kehilangan makna di bumi–
Gereja telah menjadi tahta
sekumpulan monark baru bertameng kitab suci
sehingga pemimpinnya patut disembah dan dipuja
Gereja adalah aku, tubuh ini, jiwa ini, bersemayamnya RohMu
sedari aku ada, hingga tubuh fana ini musnah
Tapi aku hanya manusia biasa
Tuduhan mereka, kadang menggentarkanku
Pernyataan mereka, kadang menggoncang imanku
Mana yang benar? Siapa yang benar?
Bibirku kelu, lidahku kaku
Pikiranku buntu
Tuhan, benarkah aku?
Bahwa aku hanya manusia yang berpikir sederhana
“Mencinta itu lebih baik
daripada sekedar menjabarkannya
Mengasihi itu lebih baik
daripada sekedar bertanya”
Diam tepekur dihadapanMu
Lebih baik daripada mencaci maki orang
Menyumpah serapah agama orang
“Agamamu itu penuh kebohongan!”
TUHAN memandang ke bawah dari sorga kepada anak-anak manusia untuk melihat, apakah ada yang berakal budi dan yang mencari Allah (Mazmur 14:2)
Aih, Tuhan! aku semakin mengerti
Bahwa manusia tetaplah sama
Mereka yang mendirikan Menara Babel
adalah juga kami yang meninggikan hati kini
Mereka yang melaknat diri di Sodom dan Gomorah
Adalah juga kami yang bersenda dengan dosa kini
Engkau menciptakan kami dengan akal budi
Tapi kami tak mencariMu
Sampai kemudian aku mengerti oleh kenyataan:
Jangan berharap pada manusia, sebab ia tidak lebih dari pada embusan nafas, dan sebagai apakah ia dapat dianggap? (Yesaya 2:22)
Manusia adalah sampah
Bukahkah dosa sebabnya?
Tapi hanya cintaMulah yang membuat “sampah” itu berharga
CintaMulah yang membuat “sampah” menjadi permata
agar layak diam di hadiratMu
CintaMulah Yesus
Cintakulah Dia
Seperti Dia mencintaku
Tuhan, matikanlah aku dengan iman ini
Daripada dengan benci di hati
Kuburlah aku dengan cinta ini
Pada mereka kini
7312 —
26 September 2005
(Ditulis setelah membaca isi mailbox seorang teman–maaf ya de)