Jakarta suatu malam menjadi mencekam
Hingar bingar tempat menghibur diri sontak diam
Hari ini buletin Friendster banyak membahas soal FPI
Ada yang setuju para “prajurit” itu meneriakkan seru
Lalu menghantam apa saja dengan benda di tangannya.
Seakan menghela tenaga yang entah dari mana
Ingin membungkam maksiat katanya
Ada juga yang menentang
bahwa pasukan “Perang” itu cuma sekelebatan orang munafik
Tuhan itu bukan makhluk lemah yang patut dibela
Atau… bahwa kemaksiatan itu dibiarkan saja
tokh puasa kian berpahala bila sanggup menahan goda
Dan tak perlu mengayun gada
Manakah lebih baik
Mencela atau berdoa?
Mengancam atau mengucap salam?
Memukul atau merangkul?
Atas nama haru
Atas nama cinta
Atas nama Tuhan
Mudah-mudahan Jakarta suatu malam
Tak lagi mencekam.
Bukankah akan tiba saatnya, menuai setelah menanam?
Maka itulah masanya
yang mencinta, yang dimulia..
7312, kantorku 21.30 28 Oktober 2004