Kotak Ajaib
Cling…!!
alkisah dari negeri beruang merah
Sebuah kotak ajaib tercipta. Pendaran cahaya yang darinya terbentuk sebuah sketsa..
Nama kotak ajaib itu kini televisi. Anda dan saya –juga mereka, pastilah sangat akrab dengannya. Lebih dari obat yang diminum tiga kali sehari. Bahkan ada yang lebih dari makan, tidur, kencing, dan (maaf) berak! Siapa tahu ada juga yang sudah menjadi bagian dari kebutuhan, seperti nafas ini. Siapa tahu?
Cling…!!
Heiii lihat.. aku melihat bintang di sana
Kerlipnya serupa juga, hanya ini sepertinya lebih dekat..
meski, sama-sama tak terjangkau juga
Sewaktu kecil, televisi adalah barang mahal buatku. Aku baru mengenalnya ketika umurku menjelang delapan. Itupun di rumah tetangga, yang saban malam sabar menungguku sampai layar itu tinggal bagai kunang-kunang tak tampak, kecil-kecil dan banyak pula. “Sudah! Mulak ma ho!(=sudah pulanglah kamu),” kata si pemilik rumah selalu. Kata-kata yang sama, tak bosan diujarkan, meski saban malam aku selalu kembali ke sana.
Cling…!!
Benarkah pandangan mataku ini? Bukankah itu si Tarupar? Yang dulu pernah menjadi teman bermainku? Mengapa wajahnya jadi lain ya? Kumal dan kusam. Rambutnya itu lho, dulu dia amat membangganya, mirip (alm) James Dean katanya. Aku pun cuma tertawa membalasnya, karena menurutku rambut itu lebih mirip sarang walet yang tak jadi. Tapi itu lho… kenapa dia ada di kotak itu yaa? Aku lupa membaca di layar bawahnya… Tarupar, (tersangka)
Kotak ajaib itu adalah makananku, juga minumanku, juga pemuas nafsuku. Dari sana hasrat menikmati jamuan terlezat bangkit. Juga jamuan bagi hasrat badani, ah! Mending kuhampiri istriku… Tapi tunggu dulu! Badan cewek itu lumayan juga. Padat berisi dan betisnya itu lho mbunting padi (:-D).. atau coba ganti saluran, barang kali di layar garuda terbang ada pemandangan lebih asyik, kali saja ketemu Inneke dari masa lalu.
Cling…!!
Hoiii bangun.. sudah pagi!
kantorku, 12.30 WIB, 27/8/2004, 7312