Rumah Kita
Rumah kita itu kini poranda
tangan-tangan mereka tak punya kasihan
tak dibiarkannya satu bata pun bertindihan
Rumah kita itu tinggal kata
dengung dendang asmaradana yang suci
terpantul di reruntuhannya
Mungkinkah Kau memang membiarkannya terjadi?
Mengapa susah sungguh menyebut namaMu?
dalam keheningan,…
dalam kedamaian,…
dalam kerukunan?
Kalap betul mereka
Padahal cintaMu juga untuknya
Beringas betul mereka
Padahal deritaMu juga untuknya
Sampai kapan Cinta kita
menemukan tempat di hari mereka?
Kantorku, 10.25 WIB 9 Juni 2004