Dari Depok ke Kebayoran
Menjelang larut, malam 16 Oktober
Selamat malam cintaku
Kutinggalkan senyummu di balik asap knalpot
“Selamat tidur,” kataku. Dan kau pun tersaput
Gelap yang kujelang dan gelap yang kubiarkan bersamamu
Sehabis hujan malam ini
Anginnya menusuk jaket yang tak terlalu tebal
Kupacu deru si dua roda
Tapi tak perlu hingga menyipit mataku.
Biar perjalanan ini kunikmati
Bersama ribuan bola lampu
temanku satu jam nanti
**
“Ups… KURANG AJAR TAXI
Mbelok sembarangan. Tak punya otak kau!
Bung.. biar ini Jakarta, aku masih sayang nyawa!”
**
Kok jalan ini sepi? Tumben tak kulihat
lelaki yang malu menjadi lelaki?
Biasanya mereka menyembul
dari permukaan taman jejualannya Bang Penjual Bunga
Perempatan Cilandak tak seperti biasanya..
“Singgah mas?” kata mereka selalu,
bila ada yang melambatkan laju.
Berharap besok dia bisa makan.
Tapi tak satu pun ada
Ah mungkin semua sudah laku…
**
Eits… Hampir saja.
Wah dua kali nih. Harus konsentrasi rupanya
Tak berharap malam ini menjadi jahanam
Dan perjalanan berujung di atas sprei putih
Ya Tuhanku Aku Hendak Bermazmur BagiMu..”
**
Rupanya hampir tiba…
Lalu sepeminum kopi.
Hai… apa kabar?
Lalu mulailah kutulis….
“Dari Depok Ke Kebayoran”
“Menjelang larut, malam 16 Oktober…
7312, kantorku. 02.14