Wahai…
tiba-tiba saja penangkapan sejumlah orang muslim menuai protes bertubi-tubi
“Mematikan demokrasi,” kata salah satu ormas Islam.
Aku hanya bertanya dalam hati, “Demokrasi macam apa?”
Wahai.. mohon maaf. Saya tak bermaksud menghakimi
bahwa yang ditangkap itu adalah teroris.
Hanya saja, biarlah waktu yang menentukan.
Betulkah mereka aktivis? Atau sekalangan
dengan seseorang yang setelah menghabisi ratusan nyawa
lantas tertawa dan mengacungkan jempol itu.
Hanya saja, tolonglah beri pencerahan. Demokrasi macam apa yang hendak dibela?
Pikiran awamku cuma sebatas mengangguk. Tolong jangan salahkan
bila ada rasa yang membara. Saat agama dipakai acuan
Untuk membunuh perbedaan.
Apabila polisi memang salah langkah, bukankah ada perangkat hukum untuk membatasi?
Bila memang polisi kesusu, bukankah ada rakyat yang menengahi?
Hahahahahahah
Kadang aku cuma bisa tertawa.
Sebab ternyata tak banyak orang yang menangis.
saat ratusan orang kehilangan nyawanya.
Tak banyak pula orang tercenung
ketika erangan tak putus-putusnya
Aku tak tahu, apakah masih banyak yang ingat
Tangis yang menyayat, sanak yang tertinggal.
Duh, Tuhan… cepatlah datang!
Kantorku, 7312. 08.34