Akhir pekan kian semarak
Merah putih bak ganti seluruh warna. Semua setuju
Dan sedari pagi, riuh rendah perayaan tak habis
hingga petang pun menjelang, riang hari ini pun dibawa pulang
MERDEKA!!
Pekik mereka ketika moncong senjata masih hangat
entah membedil siapa
namun ada rasa bangga. “Kubunuh satu musuh, kudapatkan setitik harap”
Kala itu, mereka memimpikan sebuah kebebasan.
Dari ketertindasan, nasib buruk, penjajah, kolonialisme dan imperialisme.
MERDEKA!!
Pekik yang kian menjadi sayup. Formalisme belaka
Tenang suara sang Proklamator jadi penghias upacara.
nadanya tak berubah, meski kini putrinya duduk di tahta
PROKLAMASI
Kami Bangsa Indonesia
Dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia
Hal-hal jang mengenai pemindahan kekoeasaan
diselenggarakan dengan tjara saksama dan dalam tempo jang sesingkat-singkatnja
Djakarta, hari 17 boelan 08 tahun 1945
Atas Nama Bangsa Indonesia
Soekarno – Hatta
Akan tetapi sejurus semua tinggal cerita
kenangan yang tertinggal bersama tawa di batang pinang
atau karung-karung yang hampir robek
menampung badan entah siapa
Lalu kerap terlupakan
Hingga tak pernah sadar
Bahwa KITA TERNYATA BELUM MERDEKA
PROKLAMASI
KAMI BANGSA INDONESIA
DENGAN INI TAK SANGGUP MENYATAKAN KEMERDEKAAN INDONESIA
BAHKAN HAL-HAL YANG MENGENAI KEKUASAAN
TAK PERNAH KAMI ATUR SEDEMIKIAN RUPA DAN SELALU JADI REBUTAN
DALAM TEMPO SELAMBAT-LAMBATNYA
JAKARTA 17 AGUSTUS 2003
ATAS NAMA BANGSA INDONESIA
……………… (Entah Siapa Lagi)