Suatu Hari Tentang Sebuah Bom

Suatu hari, sebuah bom jatuh. Dia –katanya- bermata tapi tak melihat. Dia –katanya- terarah tapi tak berhati. Akhirnya bom itu menjadi petaka. Ketika hidup pun menjadi sebuah tanda tanya. Adakah harganya?

Hari ini kawanan Camar di Irak menjadi saksi, hidup yang dipertanyakan. Tirani memang tak pernah memandang hati. Tapi apa daya, mereka pun berdiri di belakang sang tiran ketika tiran lain merengsek tak peduli. Pada akhirnya mereka bertanya sepi, hidup.. adakah artinya?

Hari ini kawanan Camar Irak menjadi korban. Masa lalu ada cerita tentang genosida, tentang pembantaian. Masa lalu ada cerita tentang penjajahan, masa lalu ada cerita tentang perebutan kekuasaan. Pada akhirnya hidup menjadi sebuah pertanyaan. Hidup… adakah artinya?

Hari ini kita menyaksikannya dari Irak. Entah besok atau lusa, mungkinkah terjadi di antara kita? Tapi seorang sahabat menegurku. “Di sini pun sama, kawan! Di Irak mungkin dilatari oleh soal-soal yang lebih politis. Tapi ketika di depan mata kita seseorang dibunuh karena sebiji cincin di jarinya, lalu sang pembunuh dibunuh oleh massa yang beringas, apakah bedanya dengan hidup yang menjadi pertanyaan? Adakah artinya?”

Duh dunia, kapankah kebaikan hati dan Cinta menjadi bagianmu? Saat ini aku betul-betul rindu, Sang Chiang ku datang kembali dan membawaku pulang.

Leave a Reply